FREKUENSI
Pengertian Frekuensi adalah jumlah getaran yang dihasilkan dalam setiap 1 detik. Sedangkan dalam ilmu elektronika, Frekuensi dapat diartikan sebagai jumlah gelombang listrik yang dihasilkan tiap detik. Frekuensi biasanya dilambangkan dengan huruf “f” dengan satuannya adalah Hertz atau disingkat dengan Hz. Jadi pada dasarnya 1 Hertz adalah sama dengan satu getaran atau satu gelombang listrik dalam satu detik (1 Hertz = 1 gelombang per detik). Istilah Hertz ini diambil dari nama seorang fisikawan Jerman yaitu Heinrich Rudolf Hertz yang memiliki kontribusi dalam bidang elektromagnetisme.
Kelipatan Satuan Hertz (Standar Internasional)
Kelipatan satuan atau sering juga disebut dengan Prefix untuk Hertz adalah menggunakan sistem metrik yaitu kelipatan ribuan keatas yang berupa Kilo, Mega, Giga, Tera dan seterusnya. Sedangkan untuk kelipatan ribuan kebawah adalah desi, senti, mili, nano dan seterusnya. Untuk selengkapnya, silakan lihat tabel kelipatan satuan Hertz dibawah ini.
Prefix | Simbol | Desimal | 10n |
gerahertz | THz | 1.000.000.000.000 | 1012 |
gigahertz | GHz | 1.000.000.000 | 109 |
megahertz | MHz | 1.000.000 | 106 |
kilohertz | kHz | 1.000 | 103 |
hertz | Hz | 1 | 100 |
desihertz | dHz | 1/10 | 10-1 |
centihertz | cHz | 1/100 | 10-2 |
milihertz | MHz | 1/1.000 | 10-3 |
microhertz | ยตHz | 1/1.000.000 | 10-6 |
nanohertz | nHz | 1/1.000.000.000 | 10-9 |
picohertz | pHz | 1.000.000.000.000 | 10-12 |
Alat Pengukur Frekuensi – Frequency Counter
Frekuensi yang lebih tinggi biasanya diukur dengan alat pengukur frekuensi yang dinamakan dengan Frequency Counter atau Pencacah Frekuensi. Frequency Counter ini merupakan alat yang mengukur frekuensi sinyal elektronik yang berulang-ulang dan menampilkan hasilnya pada layar digital. Alat ini menggunakan logika digital untuk menghitung jumlah siklus (number of cycles) selama interval waktu yang ditetapkan. Berikut ini adalah salah satu bentuk fisik Freqency Counter.
Cara Menghitung Frekuensi
Seperti yang disebut sebelumnya, Frekuensi adalah jumlah gelombang atau getaran yang dihasilkan pada setiap detik. Detik merupakan satuan untuk waktu atau Periode yang biasanya dilambangkan dengan huruf “T”. Jadi pada dasarnya, kita harus mengetahui “Periode” atau “waktu” dalam satuan detik (second) untuk dapat menghitung frekuensi. Periode dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu siklus pengulangan gelombang atau getaran yang lengkap. Berikut ini adalah persamaan atau rumus untuk menghitung Frekuensi.
Rumus Menghitung Frekuensi
f = 1/T
Dimana :
f = Frekuensi dalam satuan Hertz (Hz)
T = Periode dalam satuan detik (sec)
Contoh Kasus Perhitungan Frekuensi
Contoh 1 : Menghitung Frekuensi
Diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 siklus lengkap gelombang listrik adalah 0,004 detik, berapakah Frekuensinya ?
Diketahui :
T = 0,004 detik
f = ?
Jawaban :
f = 1/T
f = 1/0,004
f = 250Hz
Jadi Frekuensinya adalah 250Hz.
Contoh 2 : Menghitung Periode (T)
Diketahui bahwa frekuensi listrik bolak-balik (AC) dari PLN Indonesia adalah 50Hz. Pertanyaannya adalah diperlukan waktu berapa lamakah untuk menghasilkan 1 siklus lengkap gelombang listrik ?
Penyelesaiannya :
Diketahui :
f = 50Hz
T = ?
Jawaban
T = 1/f
T = 1/50
T= 0,02 detik
Jadi diperlukan 0,02 detik untuk menghasilkan 1 siklus lengkap gelombang listirk.
Nama Band (Jalur) | Singkatan | Frekuensi | Panjang Gelombang | Penggunaan |
Tremendously low frequency | TLF | < 3Hz | >100.000 km | Natural Electromagnetic Noise |
Extremely Low Frequency | ELF | 3 – 30 Hz | 10.000 – 100.000 km | Submarines |
Super Low Frequency | SLF | 30 – 300 Hz | 1.000 – 10.000 km | Submarines |
Ultra Low Frequency | ULF | 300 – 3.000 Hz | 100 – 1.000 km | Submarines, mines |
Very Low Frequency | VLF | 3 – 30 kHz | 10 – 100 km | Navigation, time signal, Submarines, heart rate monitor |
Low Frequency | LF | 30–300 kHz | 1 – 10 km | Navigation, time signal, Radio AM (long wave), RFID |
Medium frequency | MF | 300 – 3.000 kHz | 100 – 1.000 m | Radio AM (medium wave) |
High Frequency | HF | 3 – 30 MHz | 10 – 100 m | Short wave Broadcast, RFID, radar, Marine and Mobile radio telephony |
Very High Frequency | VHF | 30 – 300 MHz | 1 – 10 m | Radio FM, Television, Mobile Communication, Weather Radio |
Ultra High Frequency | UHF | 300 – 3.000 MHz | 10 – 100 cm | Television, Microwave device / communications, mobile phones, wireless LAN, Bluetooth, GPS, FRS/GMRS |
Super High Frequency | SHF | 3 – 30 GHz | 1 – 10 cm | Microwave device / communications, wireless LAN, radars, Satellites, DBS |
Extremely High Frequency | EHF | 30 – 300 GHz | 1 – 10 mm | High Frequency Microwave, Radio relay, Microwave remote sensing |
Tremendously High Frequency | THF | 300 – 3.000 GHz | 0.1 – 1 mm | Terahertz Imagin, Molecular dynamics, spectroscopy, computing/communications, sub-mm remote sensing. |
Macam-macam Frekuensi
Frekuensi Carier
Gelombang pembawa (bahasa Inggris: carrier wave) adalah berbentuk gelombang sinusoid yang dimodulasi untuk mengirim informasi jarak jauh yang disalurkan ke udara. Gelombang pembawa ini (gelombang radio) merupakan frekuensi yang jauh lebih tinggi daripada sinyal modulator yang merupakan informasi modulasi yang dikirim.
Modulasi
Modulasi didefinisikan sebagai proses mengubah beberapa karakteristik tertentu dari sebuah sinyal pembawa (carrier), sesuai dengan karakteristik sinyal pemodulasi. Disini sinyal pemodulasi adalah sinyal pesan yang akan dibawa, sedangkan hasil dari modulasi (yaitu sinyal pembawa yang telah berubah karakteristiknya) disebut sebagai sinyal termodulasi (Hsu, 2004:34).
Terdapat tiga parameter kunci Elektronika dasar (2013) pada suatu gelombang sinusoidal yaitu amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal yang termodulasi. Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi disebut modulator, sedangkan peralatan untuk memperoleh informasi awal (kebalikan dari proses modulasi) disebut demodulator. Informasi yang dikirim bisa berupa data analog maupun digital, sehingga terdapat dua jenis modulasi yaitu :
Modulasi Amplitudo
Modulasi Analog Modulasi Frekuensi
Modulasi Modulasi Fasa
Amplitude Shift Keying
Modulasi Digital Frequency Shift Keying
Phase Shift Keying 6
2.1.1 Modulasi Analog
Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombangnya. Sinyal analog bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu (continous varying). Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise (Furwadi, 2013).
2.1.1.1 Jenis-jenis Modulasi Analog
Adapun jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a. Modulasi Amplitudo
Pada jenis modulasi ini amplituda sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional terhadap amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap selama proses modulasi (Chattopadhyay dkk, 1989: 286).
Gelombang pembawa yang belum dimodulasikan mempunyai harga amplitudo maksimum yang tetap dan frekuensi yang lebih tinggi daripada sinyal pemodulasi, tetapi bila sinyal pemodulasi telah diselipkan, maka harga amplitudo maksimum dari gelombang pembawa akan berubah-ubah sesuai dengan harga-harga sesaat dari sinyal pemodulasi tersebut dan bentuk gelombang luar atau sampel dari harga-harga amplitudo gelombang yang telah dimodulasi tersebut sama dengan gelombang sinyal informasi yang asli atau dengan perkataan lain gelombang sinyal pemodulasi telah diselipkan pada gelombang pembawa (Smale, 1995:19). 7
Gambar 2.1 Gelombang Keluaran Modulasi AM
( Sumber : Elektronika-dasar.web.id)
b. Modulasi Frekuensi
Modulasi Frekuensi adalah suatu proses modulasi dengan cara mengubah-ubah frekuensi gelombang pembawa sinusoidal yaitu dengan cara menyelipkan sinyal-sinyal informasi pada gelombang pembawa tersebut. Jika sinyal pembawa diselipkan maka frekuensi gelombang pembawa akan naik menuju harga maksimum dalam arah positif. Kemudian frekuensi gelombang pembawa akan turun kembali menuju harga frekuensi aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju nol.
Selanjutnya pada setengah siklus berikutnya, frekuensi gelombang pembawa akan turun ke harga minimum, sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju harga maksimum dalam arah negatif, kemudian frekuensi gelombang akan naik kembali menuju harga aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang turun kembali ke harga nol (Smale, 1995:19). 8
Gambar 2.2 Modulasi Frekuensi
(Sumber : Elektronika-dasar.web.id)
c. Modulasi Phasa
Dalam modulasi phasa, sudut phasa sesaat dari pembawa diubah oleh sinyal pemodulasi. Simpangan sesaat sudut phasa dari harga tanpa modulasi berbanding lurus dengan harga sesaat sinyal modulasi tetapi tidak tergantung pada frekuensinya. Dalam gelombang FM maupun PM, komponen modulasi menggambarkan simpangan sudut phasa yang ditumpangkan pada suhu yang naik lurus dari pembawa tanpa modulasi. Untuk modulasi phasa, perubahan phasa maksimum yang disebabkan oleh sinyal pemodulasi dinamakan indeks modulasi. Simpangan frekuensi maksimum dalam gelombang termodulasi phasa berbanding langsung dengan amplitudo dan frekuensi sinyal pemodulasi (Smale, 1995:19).
Gambar 2.3 Modulasi Phasa
(Sumber : Elektronika-dasar.web.id) 9
2.1.2 Modulasi Digital
Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang dikandungnya. Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi). Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim ke penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam atau optik) atau non fisik (Furwadi, 2013).
2.1.2.1 Jenis-jenis Modulasi Digital
Adapun jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a. Amplitude Shift Keying
Dalam ASK, dua nilai biner dilambangkan dengan dua amplituda berbeda pada frekuensi pembawa. Umumnya, salah satu amplitudo adalah nol yaitu satu angka biner dilambangkan oleh adanya suatu amplitudo konstan pembawa dan satunya lagi tidak adanya pembawa. Sinyal terpancar yang dihasilkan oleh satu waktu bit adalah
ASK s(t) ={๐ดcos(2๐๐c๐ก) 0 ..........................................(1)
Dimana Acos(2fct) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan 0 merupakan biner 0. ASK rentan terhadap perubahan penguatan mendadak dan kurang efisien sebagai teknik modulasi. Pada jalur mutu suara tek nik ini biasanya hanya digunakan sampai 1200 bps. Teknik ASK digunakan untuk memancarkan data digital melalui serat optik (Stallings, 2015: 139). 10
Gambar 2.4 Amplitude Shift Keying
(Sumber: www.tmatlantic.com)
b. Frequency Shift Keying
Bentuk paling umum FSK adalah binary FSK (BPSK), yaitu dua nilai biner dilambangkan oleh dua frekuensi berbeda di dekat frekuensi pembawa. Sinyal terpancar yang dihasilkan oleh satu waktu bit adalah :
BFSK s(t) {๐ดcos(2๐๐₁๐ก) ๐ด cos (2๐๐₂๐ก) ..........................................(2)
Dimana Acos(2f1t) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan Acos(2f1t) merupakan biner 0. BFSK kurang rentan terhadap galat daripada ASK. Pada jalur mutu-suara, BFSK biasanya digunakan sampai 1200 bps. BFSK juga biasa digunakan untuk transmisi radio frekuensi tinggi ( 3 sampai 30 MHz). BFSK juga dapat digunakan pada frekuensi lebih tinggi daripada LAN yang menggunakan kabel koaksial (Stallings, 2015:139). 11
Gambar 2.5 Frequency Shift Keying
(Sumber: www.tmatlantic.com)
c. Phase Shift Keying
Dalam PSK, phase sinyal pembawa digeser untuk melambangkan data. Phase shitf keying dua tingkat skema paling sederhana menggunakan dua fase untuk melambangkan kedua angka biner dan dikenal dengan binary phase shift keying. Bentuk alternatif PSK dua tingkat adalah differential PSK (DPSK). Dalam skema ini, biner 0 dilambangkan dengan mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase sama dengan lonjakan sinyal yang dikirim sebelumnya. Biner 1 dilambangkan dengan mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase kebalikan dari yang dikirimkan sebelumnya. Istilah differential merujuk kepada fakta bahwa pergeseran fase dirujuk kepada bit yang dikirimkan sebelumnnya, bukannya terhadap suatu sinyal rujukan konstan. DPSK menghindari perlu adanya fase osilator lokal pada penerima yang tepat sama dengan pengirim. Selama fase pendahulu diterima dengan benar, rujukan fase pasti tepat (Stallings, 2015:141). 12
Gambar 2.6 Phase Shift Keying
(Sumber: www.tmatlantic.com)
Modulasi
Modulasi didefinisikan sebagai proses mengubah beberapa karakteristik tertentu dari sebuah sinyal pembawa (carrier), sesuai dengan karakteristik sinyal pemodulasi. Disini sinyal pemodulasi adalah sinyal pesan yang akan dibawa, sedangkan hasil dari modulasi (yaitu sinyal pembawa yang telah berubah karakteristiknya) disebut sebagai sinyal termodulasi (Hsu, 2004:34).
Terdapat tiga parameter kunci Elektronika dasar (2013) pada suatu gelombang sinusoidal yaitu amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal yang termodulasi. Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi disebut modulator, sedangkan peralatan untuk memperoleh informasi awal (kebalikan dari proses modulasi) disebut demodulator. Informasi yang dikirim bisa berupa data analog maupun digital, sehingga terdapat dua jenis modulasi yaitu :
Modulasi Amplitudo
Modulasi Analog Modulasi Frekuensi
Modulasi Modulasi Fasa
Amplitude Shift Keying
Modulasi Digital Frequency Shift Keying
Phase Shift Keying 6
2.1.1 Modulasi Analog
Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombangnya. Sinyal analog bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu (continous varying). Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise (Furwadi, 2013).
2.1.1.1 Jenis-jenis Modulasi Analog
Adapun jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a. Modulasi Amplitudo
Pada jenis modulasi ini amplituda sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional terhadap amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap selama proses modulasi (Chattopadhyay dkk, 1989: 286).
Gelombang pembawa yang belum dimodulasikan mempunyai harga amplitudo maksimum yang tetap dan frekuensi yang lebih tinggi daripada sinyal pemodulasi, tetapi bila sinyal pemodulasi telah diselipkan, maka harga amplitudo maksimum dari gelombang pembawa akan berubah-ubah sesuai dengan harga-harga sesaat dari sinyal pemodulasi tersebut dan bentuk gelombang luar atau sampel dari harga-harga amplitudo gelombang yang telah dimodulasi tersebut sama dengan gelombang sinyal informasi yang asli atau dengan perkataan lain gelombang sinyal pemodulasi telah diselipkan pada gelombang pembawa (Smale, 1995:19). 7
Gambar 2.1 Gelombang Keluaran Modulasi AM
( Sumber : Elektronika-dasar.web.id)
b. Modulasi Frekuensi
Modulasi Frekuensi adalah suatu proses modulasi dengan cara mengubah-ubah frekuensi gelombang pembawa sinusoidal yaitu dengan cara menyelipkan sinyal-sinyal informasi pada gelombang pembawa tersebut. Jika sinyal pembawa diselipkan maka frekuensi gelombang pembawa akan naik menuju harga maksimum dalam arah positif. Kemudian frekuensi gelombang pembawa akan turun kembali menuju harga frekuensi aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju nol.
Selanjutnya pada setengah siklus berikutnya, frekuensi gelombang pembawa akan turun ke harga minimum, sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju harga maksimum dalam arah negatif, kemudian frekuensi gelombang akan naik kembali menuju harga aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang turun kembali ke harga nol (Smale, 1995:19). 8
Gambar 2.2 Modulasi Frekuensi
(Sumber : Elektronika-dasar.web.id)
c. Modulasi Phasa
Dalam modulasi phasa, sudut phasa sesaat dari pembawa diubah oleh sinyal pemodulasi. Simpangan sesaat sudut phasa dari harga tanpa modulasi berbanding lurus dengan harga sesaat sinyal modulasi tetapi tidak tergantung pada frekuensinya. Dalam gelombang FM maupun PM, komponen modulasi menggambarkan simpangan sudut phasa yang ditumpangkan pada suhu yang naik lurus dari pembawa tanpa modulasi. Untuk modulasi phasa, perubahan phasa maksimum yang disebabkan oleh sinyal pemodulasi dinamakan indeks modulasi. Simpangan frekuensi maksimum dalam gelombang termodulasi phasa berbanding langsung dengan amplitudo dan frekuensi sinyal pemodulasi (Smale, 1995:19).
Gambar 2.3 Modulasi Phasa
(Sumber : Elektronika-dasar.web.id) 9
2.1.2 Modulasi Digital
Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang dikandungnya. Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi). Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim ke penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam atau optik) atau non fisik (Furwadi, 2013).
2.1.2.1 Jenis-jenis Modulasi Digital
Adapun jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a. Amplitude Shift Keying
Dalam ASK, dua nilai biner dilambangkan dengan dua amplituda berbeda pada frekuensi pembawa. Umumnya, salah satu amplitudo adalah nol yaitu satu angka biner dilambangkan oleh adanya suatu amplitudo konstan pembawa dan satunya lagi tidak adanya pembawa. Sinyal terpancar yang dihasilkan oleh satu waktu bit adalah
ASK s(t) ={๐ดcos(2๐๐c๐ก) 0 ..........................................(1)
Dimana Acos(2fct) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan 0 merupakan biner 0. ASK rentan terhadap perubahan penguatan mendadak dan kurang efisien sebagai teknik modulasi. Pada jalur mutu suara tek nik ini biasanya hanya digunakan sampai 1200 bps. Teknik ASK digunakan untuk memancarkan data digital melalui serat optik (Stallings, 2015: 139). 10
Gambar 2.4 Amplitude Shift Keying
(Sumber: www.tmatlantic.com)
b. Frequency Shift Keying
Bentuk paling umum FSK adalah binary FSK (BPSK), yaitu dua nilai biner dilambangkan oleh dua frekuensi berbeda di dekat frekuensi pembawa. Sinyal terpancar yang dihasilkan oleh satu waktu bit adalah :
BFSK s(t) {๐ดcos(2๐๐₁๐ก) ๐ด cos (2๐๐₂๐ก) ..........................................(2)
Dimana Acos(2f1t) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan Acos(2f1t) merupakan biner 0. BFSK kurang rentan terhadap galat daripada ASK. Pada jalur mutu-suara, BFSK biasanya digunakan sampai 1200 bps. BFSK juga biasa digunakan untuk transmisi radio frekuensi tinggi ( 3 sampai 30 MHz). BFSK juga dapat digunakan pada frekuensi lebih tinggi daripada LAN yang menggunakan kabel koaksial (Stallings, 2015:139). 11
Gambar 2.5 Frequency Shift Keying
(Sumber: www.tmatlantic.com)
c. Phase Shift Keying
Dalam PSK, phase sinyal pembawa digeser untuk melambangkan data. Phase shitf keying dua tingkat skema paling sederhana menggunakan dua fase untuk melambangkan kedua angka biner dan dikenal dengan binary phase shift keying. Bentuk alternatif PSK dua tingkat adalah differential PSK (DPSK). Dalam skema ini, biner 0 dilambangkan dengan mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase sama dengan lonjakan sinyal yang dikirim sebelumnya. Biner 1 dilambangkan dengan mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase kebalikan dari yang dikirimkan sebelumnya. Istilah differential merujuk kepada fakta bahwa pergeseran fase dirujuk kepada bit yang dikirimkan sebelumnnya, bukannya terhadap suatu sinyal rujukan konstan. DPSK menghindari perlu adanya fase osilator lokal pada penerima yang tepat sama dengan pengirim. Selama fase pendahulu diterima dengan benar, rujukan fase pasti tepat (Stallings, 2015:141). 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar